Senin, 02 Maret 2015

SESUDAH AIR BAH (Percik Prapaskah 1)

Apa yang terjadi terhadap bahtera Nuh sesudah air bah? Aku membayangkan Nuh dan semua anggota keluarganya serta segala makhluk yang ada di dalam bahtera itu tidak bisa tidur pada malam-malam sesudahnya. Mereka semua masih trauma; jangan-jangan air bah datang lagi; jangan-jangan mereka dihanyutkan di tengah malam.

 Pada saat seperti itu, Tuhan berfirman kepada Nuh: “Camkanlah, Aku mengadakan perjanjian dengan kamu dan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang ada besertamu, yakni burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi, segala yang keluar dari bahteramu...bahwa sejak kini segala yang hidup takkan dilenyapkan oleh air bah lagi dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi (Kej 9:9-11).”

Sesudah sabda Tuhan itu, aku membayangkan Nuh beserta keluarganya serta segala mahluk yang ada di dalam bahtera itu menangis haru karena gembira, saling berangkulan, bernyanyi, menari dan berpesta syukur. Sesudah itu, barulah mereka bisa istirahat dan tidur pulas. Sesudah air bah itu, mulailah mereka menjalani kehidupan baru. Hidup damai dan tenang. Tuhan telah menyelamatkan mereka dari air bah itu. Lalu mereka melakukan segala yang baik yang bisa mereka lakukan sambil mengingat betapa besar kasih Allah kepada mereka. Dan di dalam hati masing-masing tersimpan janji Allah “takkan ada lagi air bah”. Janji itu pasti membuat mereka bergembira dan bersemangat menjalani kehidupan.

Rasul Petrus dalam bacaan kedua hari ini, telah menafsirkan air bah itu dengan makna baru, yaitu lambang pembaptisan Kristus yang menyelamatkan. Kita dibatis dalam kematian dan kebangkitan Kristus yang menyelamatkan itu. Dosa-dosa orang-orang yang dibatis dihapus, mereka diselamatkan dan diberi janji hidup kekal. Sesudah pembaptisan itu, orang-orang yang dibaptis itu pun hidup dalam damai dan tenang, penuh syukur dan gembira. Lalu mereka berjuang sekuat mungkin untuk melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan sambil mengenang betapa besar kasih Kristus yang telah menyelamatkan mereka dengan darah-Nya, yang mereka terima lewat rahmat baptis. Dan di dalam hati, mereka menyimpan janji Allah akan hidup kekal itu.

 Tapi malang menimpa manusia. Mereka tidak selalu bisa hidup setia di hadapan Allah; mereka jatuh lagi ke dalam dosa-dosa. Mengapa berdosa lagi padahal sudah dibaptis dan diselamatkan? Entahlah! Mungkin karena dosa itu begitu nikmat, atau manusia itu terlalu rapuh. Atau juga, karena mereka terlalu lelah menanti janji Allah itu. Karena itulah kita menjalani masa Prapaskah lagi, supaya manusia itu sadar kembali betapa besar kasih Allah kepada mereka, sampai-sampai Ia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk disalibkan.

 Maka seharusnyalah mereka berbuat seperti sesudah air bah atau sesudah pembaptisan itu, hidup dan kesetiaan dan damai serta “berjuang sekuat mungkin melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan”. Dan untuk itulah Injil hari Minggu Prapaskah Pertama ini diperdengarkan lagi: “Waktunya sudah genap. Kerajaan Allah sudah ada di antara kamu. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”

Lamtarida Simbolon, O.Carm Salamanca-Spanyol, 22 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar