Sabtu, 14 Maret 2015

LUKISAN DI KAMAR CHRISTA (Percik Prapaskah 4)


Namanya Christa (bukan nama sebenarnya). Di remang malam itu ia terisak-isak. “Aku ingin meninggalkanmu, Tuhan Yesus.” Ucapnya. “Tuntutan-Mu sangat berat. Aku tidak bisa mengampuni orang yang menyakitiku sampai sekarang. Setiap kali aku mendoakan Bapa Kami, aku tidak sanggup mengucapkan ‘seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.’ Aku gagal mengampuni dan mengasihi, Tuhan. Aku hanya bersembunyi di balik Kekristenanku. Untuk apa aku menjadi Kristiani kalau aku tidak bisa melakukan ajaran-Mu?” Beberapa minggu kemudian, Christa meninggalkan imannya.

Tidak banyak dari kita seperti Christa: berani meninggalkan imannya karena tidak sanggup melakukan ajaran Yesus. Apakah Christa terlalu perfeksionis? Apakah ia salah memahami ajaran Yesus? Tidak! Justru dia sangat memahami, bahwa menjadi orang Kristiani itu tuntutan utamanya MENGASIHI; dan wujud nyata dari mengasihi ialah MENGAMPUNI. Christa tahu persis, orang yang tidak bisa mengampuni tidak bisa mengasihi dengan tulus. Ia tidak mau hidup dalam kepura-puraan dan kepalsuan. Ia mau jujur terhadap Tuhan dan terhadap dirinya sendiri.

Tuhan sangat tahu bahwa penghuni dunia ini adalah orang-orang berdosa. Tapi apa yang dia lakukan? Ia mengampuni dan mengasihinya. Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal, supaya dunia ini tidak binasa, melainkan selamat dan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Meskipun demikian, manusia itu tetap juga susah mengampuni dan mengasihi. Dan khirnya, begitulah terus kehidupan. Menjadi Kristiani menjadi beban atau formalitas. Beban, karena merasa belum mampu melakukan ajaran Tuhan. Formalitas, bagi orang yang tidak peduli akan hidup rohaninya; yang penting beragama, atau yang penting ke gereja. Sampai kapan? Mungkin ketika sudah mati baru kita sadar. Tapi apa artinya? Semua sudah terlambat.

Mengampuni membuat kita gembira dalam hidup. Mengampuni keluarga, orang-orang yang menyakiti kita, daan juga mengampuni masa lalu, membuat hidup kita ringan. Tenang. Gembira. Dan akhirnya, mengampuni membuat kita bisa total mengasihi. Total melakukan karya-karya baik dalam hidup kita. Total menjadi ibu rumah tangga. Menjadi ayah. Total menjadi imam, biarawan-biarawati. Total belajar. Bekerja. Total dalam kehidupan. Dengan demikian, hidup kita menjadi kabar baik bagi orang lain. Hidup kita menghasilkan buah-buah yang baik bagi keluarga, sesama, rekan, tetangga, dan juga bagi dunia.

Tiga tahun setelah meninggalkan imannya, Christa menemani saudaranya, Christian, yang sakit keras menjelang ajalnya. Cristian tiap hari menjerit, menangis, meratapi segala sikapnya dan kesalahannya terhadap orang tuanya. Maklum, dia tidak bisa memaafkan dan tidak mau minta maaf kepada ayahnya, hingga ayahnya meninggal. Dan akhirnya Christian meninggal tanpa berhasil minta maaf dan memaafkan orang tuanya. Semua sudah terlambat. Hari-hari sesudahnya, Christa kembali kepada imannya, kembali kepada Yesus. Peristiwa itu telah mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Sejak hari itu, ia mengampuni dan mengasihi secara total. Di kamarnya ada satu lukisan, yang selalu ia baca sebelum tidur dan sesudah bangun, “Saat aku belum bisa mengampuni, aku belum menjadi Kristiani.”


Salamanca, 14 Maret 2015
Lamtarida Simbolon, O.Carm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar