Manusia Paskah
Saudara-saudari, kita merayakan Paskah. Santo
Agustinus berkata “Kita adalah manusia Paskah dan lagu kita adalah Aleluya.”
Apa makna ungkapan ini? Kita adalah orang-orang yang percaya akan Yesus yang
disalibkan dan bangkit. Tuhan kita sudah bangkit. Aleluya adalah nyanyian kita
karena kebangkitan Yesus penuh dengan sukacita, penuh dengan harapan baru dan
hidup baru.
Saya ingin membagikan refleksi
kecil tentang “manusia Paskah”. Pertama, menjadi manusia Paskah berarti menjadi
saksi akan Yesus yang disalibkan dan bangkit. Dalam bacaan pertama pada Minggu
Paskah ini Petrus berkata “Kami adalah
saksi dari semua yang telah dilakukan Yesus.”
Pada awalnya para murid tinggal
dalam rumah yang tertutup. Mereka takut terhadap orang-orang Yahudi. Mereka
belum mampu mewartakan Kristus yang disalibkan dan bangkit. Tetapi sesudah
Paskah, dan setelah menerima Roh Kudus, mereka memiliki kekuatan untuk
mewartakan Injil. Mereka hidup dalam sukacita. Mereka menjadi manusia Paskah.
Sekarang, kitalah saksi-saksi
Kristus yang disalibkan dan bangkit itu. Kita adalah manusia Paskah dan aleluya
adalah nyanyian kita. Kita telah menerima Roh Kudus. Kita telah menerima
kekuatan dari Allah untuk memberi kesaksian akan Yesus. Sebagai manusia Paskah,
Yesus mengundang kita untuk hidup dengan sukacita, hidup dengan penuh harapan,
menjadi pembawa kegembiraan di dalan keluarga, komunitas dan masyarakat. Dunia
kita membutuhkan kesaksian yang otentik akan hidup Kristiani.
Kedua, menjadi manusia Paskah
berarti menjadi “manusia iman”. Apakah manusia Paskah berarti hidup selalu
penuh kegembiraan? Hanya penuh dengan keberuntungan dan sukacita, dan tidak ada
lagi penderitaan? Sama sekali tidak!
Kita hidup di dunia yang sarat
dengan penderitaan. Layar televisi kita penuh dengan tayangan penderitaan, demikian
juga surat-surat kabar kita; komunitas-komunitas, rumah-rumah dan juga di dalam
hati kita sendiri ada banyak penderitaan. Saking banyaknya, kita jadi lupa
menangis. “Kita adalah masyarakat yang telah lupa menangis,” kata Paus Fransiskus.
Kadang-kadang, kita tidak memiliki iman di tengah penderitaan.
Dalam Injil hari ini, ada satu
tokoh yang tidak memiliki nama, yang disebut “murid yang lain” atau “murid
anonim”. Pada akhir Injil dikatakan “kemudian masuklah murid yang lain itu, yang
lebih dahulu tiba di makam Yesus, melihatnya dan percaya.” Melihat dan percaya.
Murid anonim itu hanya melihat kain peluh dan kain kapan sudah tergulung rapi,
lalu percaya.
Tanda dari Yesus yang bangkit
sangat kecil; hanya kain peluh dan kain kapan. Kadang-kadang, tanda-tanda
kehadiran Allah dalam hidup kita juga sangat kecil. Murid anonim itu mengundang
kita untuk beriman di dalam hidup kita meskipun seringkali sulit. Kita mohon
kepada Tuhan supaya kita menjadi manusia Paskah, menjadi saksi dan manusia iman.
Salamanca, 4 April 2015
(Homili Paskah pagi, Minggu 5
April 2015)
Gente de
Pascua
Hermanos y hermanas, ha llegado la Pascua. San Agustín decía, “Somos gente
de Pascua y ‘aleluya’ es nuestra canción.” ¡Gente de Pascua! ¿Qué significan
estas palabras? Quiere decir, que somos gente de resurrección, que creemos
en Jesús resucitado, que nuestro Señor ha resucitado. Aleluya es nuestra
canción, porque la resurrección de Jesús llena de alegría, llena de ilusión,
llena de vida nueva.
Me encantaría compartir una pequeña reflexión con ustedes
sobre dos significados de la expresión “gente de Pascua”. En primer lugar, ser
gente de Pascua quiere decir que somos testigos
de Jesús crucificado y resucitado. En la primera lectura de hoy, Pedro dijo que
“somos testigos de todo lo que hizo Jesús”.
Al principio, los discípulos se encontraban con las
cerradas puertas porque tenían miedo a los judíos; porque no eran capaces de dar
testimonio de Jesús crucificado y resucitado. Pero después de la Pascua, y
después de recibir el Espíritu Santo, tenían fuerza para predicar el evangelio
como ha hecho Pedro; vivían con alegría y eran atrayentes; fueron gente de
Pascua.
Ahora, nosotros somos testigos de Jesús crucificado y
resucitado. Somos gente de Pascua y aleluya es nuestra canción. Hemos recibido
el Espíritu Santo. Hemos recibido la fuerza para dar testimonio de Jesús. Como
gente de Pascua, Jesús nos invita a vivir con alegría, vivir con ilusión, ser
atrayentes en nuestra familia, nuestra comunidad y sociedad. El mundo de hoy
necesita el testimonio auténtico de la vida cristiana.
En segundo lugar, ser gente de Pascua quiere decir que
seamos gente de fe. Gente de Pascua,
¿significa que nuestra vida solamente está llena de alegría? ¿Solamente llena
de fortuna y sonrisa y que no hay más sufrimiento? ¡Por supuesto que no!
Vivimos en un mundo que tiene muchos sufrimientos. El
sufrimiento lo vemos en la televisión, el periódico, en nuestras comunidades,
en nuestras casas y sobre todo en nuestros propios corazones. “Somos la sociedad
que ha olvidado cómo llorar” -decía el Papa Francisco-. A veces no tenemos
mucha fe cuando en nuestra vida hay demasiado sufrimiento.
En el evangelio de hoy, hay un personaje que no tiene
nombre, que se llama “el otro discípulo”.
O bien: “el discípulo anónimo”. Al final del evangelio dice “entró
también el otro discípulo, el que había llegado primero al sepulcro; vio y creyó.” Ver y creer. El discípulo
anónimo solamente vio las vendas y el sudario de Jesús, enrollado en un sitio
aparte, y después, creyó.
La señal de Jesús resucitado es muy pequeñita; solamente “las
vendas y el sudario”. A veces, las señales de la presencia de Dios en nuestra
vida son pequeñísimas. El discípulo anónimo nos invita a poner la fe en nuestra
vida aunque sea difícil. Le pedimos al Señor que seamos gente de Pascua, gente de
testimonio y gente de fe. ¡Que así sea!
Andreas Lamtarida Simbolon, O.Carm
Salamanca, 4 de abril de 2015
(Homilía de Pascua, 5 de abril de 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar