Sabtu, 11 April 2015

DAMAI SEJAHTERA BAGI KAMU (Percik Minggu Paskah II)

Damai Sejahtera bagi kamu! 
(Percik Minggu Paskah II) 

Bayang-bayang penyaliban Yesus itu masih sangat segar dalam ingatan para murid Yesus. Meski demikian, mereka berkumpul juga, tetapi dengan pintu-pintu yang terkunci. Saya membayangkan mereka berkumpul dengan berat hati karena masih trauma; juga dengan rasa marah terhadap semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Yesus itu, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa; juga dengan rasa gusar antara percaya dan tidak terhadap para perempuan yang mengabarkan bahwa Yesus tidak lagi berada di kubur. 

Pada saat itu, Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil berkata "Damai sejahtera bagi kamu." Kata-kata damai sejahtera ini diulangi sampai tiga kali (Yoh 20:19, 21, 26). Damai sejahtera macam apa yang diberikan Yesus ini? Bukan sebatas damai karena tidak ada lagi masalah. Bukan sebatas damai karena tidak ada lagi perang. Juga bukan sekadar damai karena perasaan bahagia karena mendapat suatu hal. Bukan! Damai yang diberikan Yesus ini adalah damai sejahtera yang dimiliki Allah sendiri, yang tidak bisa dirusak dan dicuri oleh siapapun. Damai sejahtera ini adalah damai abadi milik Allah. 

Damai sejahtera milik Allah inilah yang diberikan Yesus kepada murid-murid-Nya, sehingga sesudah itu, para murid tidak takut lagi untuk bersaksi; tidak takut lagi untuk mewartakan kabar gembira; bahkan tidak takut menderita, dibunuh dan disalibkan seperti Yesus. Damai sejahtera itu tinggal tetap di dalam hati mereka. Tidak ada siapa pun yang bisa mencuri damai itu, karena tersimpan rapi di dalam hati.

Damai sejahtera itu pulalah yang telah diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Damai sejahtera itu telah diletakkan di dalam hati kita. Damai itu tidak bisa diambil atau dicuri oleh siapa pun; tidak bisa dirusak oleh apa atau siapa pun. Damai itu terus-menerus tinggal di dalam hati kita yang paling dalam. Apakah Anda merasakannya? Harus diakui, seringkali sangat sulit merasakan damai itu. Kadang kita berada di antara yakin dan tidak, apakah benar damai sejahtera itu diberikan Yesus dan tinggal di dalam hati kita atau tidak.

Hal yang sangat penting harus kita ketahui dan imani ialah bahwa rahmat Tuhan itu tidak sebatas perasaan. Perasaan kita berubah-ubah terus-menerus seiring dengan perubahan-perubahan situasi hidup kita. Kadang kita senang karena kehidupan berjalan baik, pekerjaan lancar, hidup sehat, keluarga baik-baik. Tapi ketika datang penyakit, keluarga mengalami masalah, uang tidak lancar, perasaan kita bisa berubah total. Kita bisa tiba-tiba marah, putus asa bahkan kehilangan iman. 

Perasaan-perasaan kita selalu berubah-ubah, tetapi rahmat Tuhan itu tetap. Damai sejahtera yang telah diberikan Tuhan kepada kita (melalui baptis, Ekaristi, Sabda dan sarana-sarana lain) tinggal tetap di dalam hati kita. Maka, sangat penting untuk meyakini damai sejahtera yang ada di dalam hati kita ini; memanggilnya ke alam sadar setiap hari; menjadikannya sebagai doa. 

Kita bisa mendoakan "damai" atau "damai sejahtera" atau "shalom" atau "damai Tuhan tinggal di dalam hatiku"; kita bisa mengulang-ulanginya setiap hari, bahkan setiap saat. Dengan demikian, damai sejahtera itu bukan hanya di alam pikiran, tetapi mendarah-daging dan mewujud di dalam hidup kita. 

Damai sejahtera yang sungguh-sungguh kita alami, kita rasakan, kita hidupi inilah yang membuat kita tidak takut lagi dalam hidup; tidak galau-gelisah dengan masalah yang datang silih berganti, tidak takut untuk menjadi saksi-saksi Kristus. "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu, damai sejahterak-Ku kuberikan kepadamu!" 

Pastor Lamtarida Simbolon, O.Carm
Onda-Valencia, Spanyol, 11 April 2015 (Minggu Paskah II) 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar