KETIKA
TUHAN TIDAK BISA BERBUAT APA-APA
Ada banyak hal menarik dari Injil hari ini. Kita bisa merenungkan PENOLAKAN
terhadap Yesus; bisa juga merenungkan KETIDAKPERCAYAAN orang-orang sekampung
Yesus; kita bisa juga merasakan betapa MALU dan MARAHnya keluarga Yesus yang
hadir dalam rumah ibadat itu melihat anggota keluarganya ditolak dan
dilecehkan; dan kita bisa merenungkan betapa HERAN campur BINGUNG para murid
Yesus melihat-Nya dan melihat reaksi orang-orang sekampung-Nya.
Saya mengajak Anda untuk merenungkan KEHERANAN dan KEBINGUNGAN para murid.
Dalam Injil dua Minggu lalu, mereka melihat badai dan ombak dihardik oleh Yesus.
Mereka melihat mukjizat besar. Pada Injil Minggu lalu mereka menyaksikan dua
perempuan yang hampir mati diselamatkan oleh Yesus. Akan tetapi, hari ini
mereka melihat orang-orang sekampung Yesus, orang-orang yang harusnya bangga
terhadap-Nya, menghina dan menolak Yesus. Mereka heran dan bingung juga melihat
Yesus yang tidak bisa berbuat apa-apa. Guru mereka yang hebat itu, yang telah
mengadakan banyak mukjizat itu, ditolak dan dilecehkan justru di kampung-Nya
sendiri.
Kita pun, sebagai murid-murid Yesus masa kini, seringkali heran melihat
orang-orang yang menolak Yesus. Agama Kristiani bisa dianalogikan sebagai
“tanah kelahiran” Yesus, “kampung” Yesus. Akan tetapi, justru di “kampung-Nya”
itulah Yesus lebih banyak ditolak. Bagaimana kita tidak heran melihat
orang-orang “sekampung Yesus” menolak Yesus dalam bentuk melakukan korupsi,
baik kecil maupun besar? Bukankah menyedihkan melihat orang yang rajin ke
gereja masuk penjara karena korupsi? Bagaimana kita tidak heran melihat para
pengikut Yesus yang menjadi bandar Narkoba, pengedar dan penggunanya? Tidakkah
juga mengherankan melihat pengikut-pengikut Yesus yang dengan bangga melegalkan
dan merayakan pernikahan sejenis? Dan ada banyak bentuk penolakan lainnya.
Jangan kita mengira bahwa yang lebih banyak menolak Yesus adalah orang-orang
non-Kristiani. Tidak! Yang lebih banyak menolak Yesus adalah orang-orang
Kristiani sendiri, “orang-orang sekampung Yesus sendiri”. Kita juga bingung
mengapa Yesus tidak melakukan apa-apa di kampung-Nya sendiri? Mengapa Dia
membiarkan diri-Nya ditolak dan dilecehkan di hadapan para murid-Nya?
Saya merenungkan dua hal berikut. Pertama, Yesus tidak bisa berbuat apa-apa jika orang tidak memiliki iman.
Rahmat dan iman itu bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Tuhan kita
itu bukan Tuhan yang memaksa, melainkan memberikan kebebasan kepada kita untuk
berkata “ya” atau “tidak”. Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa terhadap
orang-orang yang mengatakan TIDAK; Ia hanya bisa pergi meninggalkan orang-orang
seperti itu, sebagaimana Ia meninggalkan orang-orang Nazaret itu. Terhadap
orang-orang yang memilih jalan IMAN, yang berkata YA kepada-Nya, Ia datang
untuk menyembuhkan, mengajar dan menuntun, serta mengadakan mukjizat-mukjizat
di dalam hidup mereka.
Kedua, Yesus mengajar para murid-Nya
untuk mencari jalan-jalan lain dalam mewartakan kabar gembira. Menjadi orang
Kristiani tidak berarti selalu hidup sukses, menang, dipuji dan diterima.
Menjadi pengikut Yesus adalah menjadi seperti Yesus, yang terkadang ditolak,
dilecehkan, diludahi, namun tidak kehilangan misi dan harapan. Yesus selalu mencari
jalan-jalan lain untuk mewartakan Injil. Ini satu inspirasi yang sangat penting
untuk kita; ada banyak jalan lain untuk mewartakan kabar baik, mewartakan
kasih. Kita harus mencarinya.
Salamanca-Spanyol, 3 Juli 2015
Salamanca-Spanyol, 3 Juli 2015
Hari Minggu Biasa XIV
Pastor A.C. Lamtarida Simbolon, O.Carm
Pastor A.C. Lamtarida Simbolon, O.Carm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar